Our Lives Matter

Minggu, 25 September 2016

Asal - Usul Tokoh Perwayangan Semar




A.Latar Belakang

          Semar (Kyai Lurah Semar Badrayan) adalah tokoh asli dari ciptaan pujangga Jawa.Semar merupakan tokoh penting dalam perwayangan Sunda maupun Jawa.Dalam beberapa lakon atau peran,Semar diperlakukan dengan hormat,misalnya lakon Semar Mbangun Kahyangan, Lakon Semar Kuning,dan lainnya.






B.Asal – Usul Tokoh Semar Dalam Perwayangan

Dalam naskah SeratKanda dikisahkanpenguasa kahyangan bernama Sanghyang Nurrasa memiliki dua orang putra bernamaSanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang. Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada putranya yang bernama Batara Guru. Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara Guru, dengan nama Semar.
Dalam cerita yang lain,Semar memiliki Asal – Usul yang berbeda .Diceritakan Sang Hyang Wenang memiliki putra yaitu Sang Hyang Tunggal yang memiliki istri Dewi Rekatawati. Pada suatu hari Rekatawati melahirkan sebutir telur. Di hadapan Sang Hyang Wenang telur tersebut menetas dengan sendirinya dan menjadi tiga makhluk. Ketiga makhluk tersebut adalah Tejamantri yang muncul dari kulit telur, kemudian Ismaya yang berasal dari putih telur, dan Manikmaya terjadi dari kuning telur. Suatu ketika terjadi perdebatan antara Tejamantri, Ismaya, dan Manikmaya, mereka berebut posisi yang kelak menggantikan ayahnya sebagai penguasa. Manikmaya kemudian menantang perlombaan, yaitu menelan gunung dan memuntahkannya kembali. Tejamantri sebagai yang tertua melakukannya dulu tetapi gagal. Berikutnya Ismaya yang melakukannya dan berhasil menelannya tetapi tidak dapat memuntahkannya sehingga perutnya menjadi besar. Peristiwa ini menimbulkan gara-gara sehingga Sang Hyang Wenang datang. Pada akhirnya, Sang Hyang Wenang menetapkan bahwa pada waktunya nanti Manikmaya akan menjadi raja paradewa, penguasa surga dan neraka, dan menurunkan penduduk di bumi. Adapun Semar dan Tejamantri harus turun ke bumi untuk memelihara keturunan Manikmaya. Keduanya hanya diperbolehkan mengahadap Sang Hyang Wenang apabila Manikmaya bertindak tidak adil. Sejak itu Sang Hyang Wenang mengganti nama mereka, Manikmaya menjadi Batara Guru, Tejamantri menjadi Togog, dan Ismaya menjadi Semar


C.Silsilah Keluarga

Dalam cerita perwayangan dikisahkan,Batara Ismaya(Semar) ketika masih di kayangan dinikahkan dengan sepupunya yang bernama Dewi Senggani.dari pernikahan tersebut lahirlah 10 orang anak.
  1.          Batara Kuwera
  2.          Batara Wungkuham
  3.          Batara Yamadipati
  4.          Batara Candra
  5.          Batara Tamburu
  6.          Batara Siwah
  7.          Batara Surya
  8.          Batara Mahyanti
  9.          Batara Kamajaya
  10.          Batara Darmanastiti



D.Semar Dan Anak –anaknya

1.Anak – anak Semar Dalam Perwayangan Jawa

Dalam pewayangan Jawa Tengah, Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar berkat sabda sakti Resi Manumanasa.

2.Anak – anak Semar Dalam Sejarah Islam

         Pada saat itu Sunan Kalijagamenyebarluaskan agama Islam di masyarakat Jawa membuat beberapa maha karya di antaranya adalah syair.Selain syair Sunan Kalijaga juga menyebarkan Islam melaui perwayangan.Untuk menarik minat serta mewartakan tentang Islam, maka Ki Sunan Kalijaga memasukkan konsep Punakawan di setiap pekeliran. Sejatinya, pekeliran itu adalah Hindu, karena disitulah budaya, pekerti dan susila Hindu dihadirkan. Ki Sunan Kalijaga melengkapkannya dengan akal, akhlak dan adab Islam melalui sosok Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.

  1. Semar dalam bahasa arab “ simar “, yang berarti paku. Hal ini bertujuan bahwa Islam diharapkan mampu memaku tajam dan kuat ditanah Nusantara ini. Tertanam kokoh di hati penganutnya. Tanpa ada keraguan yang menggayuti.
  2. Petruk diambil dari kata “ fatruk “, atau dijabarkan dalam kalimat “ fatruk kullu man siwallahi “. Artinya meninggalkan segalanya kecuali Allah. Hanya Dia yang dituju dan diagungkan. Pemasrahan total kepada Sang Illahi.
  3. Gareng, di bahasa Arabnya adalah “ qariin “ atau “ nala qariin “. Maknanya adalah mencari dan mendapatkan teman. Mungkin istilah islaminya adalah “ hablum minnannas “. Hakekatnya semua pemeluk agama islam adalah saudara seiman. Wajib dijaga tali silaturahmi antar sesama.  
  4. Bagong, sebagai anggota terakhir punakawan, berasal dari kata “ bagha “. Maknanya menolak, menyanggah atau melawan kelaliman atau kedholiman yang dilakukan oleh manusia yang mengaku beradab, berakhlak mulia tapi kenyataannya bertolak belakang dengan kenyataan.



 E.Keistimewaan / Anugrah Semar
  1. Keistimewaan
Semar merupakan tokoh perwayangan dari pujangga lokal.Walaupun statusnya hanya sebagai abdi atau hamba ,namun keluhuran dan budi pekertinya sejajar dengan Prabu Kresna dalam kisah Mahabrata.
Merujuk dalam kisah aslinya,kalau dalam perang Baratayuda,penasihat dari pihak Pandawa hanyalah Kresna,maka dalam kisah perwayangan ,jumlah menjadi dua dan yang satunya adalah Semar.
Dalam sebuah karya sastra tokoh Semar hanya ditampilkan sebagai seorang pengasuh keturunan dan Resi Manumanasa,terutama sebagai pengasuh para Pandawa yang dalam kisah Mahabrata menjadi tokoh utama.
Selain itu,jika dalam pementasan wayang yang mengisahkan tantang Ramayana,biasanya para Dalang juga menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama atau Sugriwa.Sehingga seolah – olah Semar selalu muncul dalam setiap acara perwayangan ,tidak peduli dengan judul yang sedang diceritakan.
Dalam kisah perwayangan,Semar berperan sebagai seorang pengasuh dari golongan kesatria,sedangkan Togog berperan sebagai pengasuh para raksasa.Bisa disimpulkan bahwa,anak asuh Semar selalu bias mengalahkan anak asuh Togog.


    2 .  Anugrah Semar

          Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi                 anugerah mustika manik astagina, yang mempunyai 8 daya, yaitu:

1.tidak pernah lapar
2.tidak pernah mengantuk
3.tidak pernah jatuh cinta
4.tidak pernah bersedih
5.tidak pernah merasa capek
6.tidak pernah menderita sakit
7.tidak pernah kepanasan
8.tidak pernah kedinginan


kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung Semar. 

F.Bentuk Fisik Dan Ciri – ciri Semar

Semar memiliki bentuk fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk lainnya.
Semar selalu tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka. Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil, sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.

·         Semar berkuncung seperti anak – anak,namun juga berwajah tua,
·         Tertawanya Semar selalu diakhiri nada tangis,
·         Semar berwaja sedih (Menangis) namun mulutnya tertawa,
·         Bentuk tubuh semar berdiri sekaligus berjongkok,
·         Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekuensi dalam nasehatnya.


F.Petuah / Nasehat Semar
Dalam perannya di dunia perwayangan ,banyak petuah atau nasehata yang diberikan Semar kepada anak - anaknya atau rakyatnya,Berikut adalah beberapa petuah / nasehat semar

1. Urip iku Urup.
    Hidup itu merupakan nyala jiwa. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagI
setiap orang disekitar kita.


2. Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara.
    Harus dan wajib hukumnya mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan, serta memberantas sifat angkara murka, serakah, dan tamak.

3. Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti.
    Segala sifat keras hati, picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap
bijak, lembut hati, dan sabar.

4. Ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha.
    Berjuang tanpa perlu membawa massa, menang tanpa merendahkan/mempermalukan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan.
Kaya tanpa didasari hal-hal yang bersifat materi.

5. Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan.
     Jangan gampang sakit hati manakala musibah/hasutan menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.

6. Aja gumunan, aja getunan, aja kagetn, aja aleman.
    Jangan mudah terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut pada sesuatu, jangan kolokan atau manja.

7. Aja ketungkul marang kalungguhan, kadonyan, lan kemareman.
    Jangan terobsesi atau terpesona dengan kedudukan, materi, dan kepuasan duniawi.

8. Aja kuminter mundak keblinger, aja cidra mundak celaka.
    Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.

9. Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho.
    Jangan tergiur dengan hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah. Jangan berpikir gampang/plin-plan agar tidak kendur niat dan semangat.

10. Aja adigang, adigung, adiguna.
     Jangan sok kuasa, sok besar/kaya, sok sakti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar