A.Latar Belakang
Semar
(Kyai Lurah Semar Badrayan) adalah tokoh asli dari ciptaan pujangga Jawa.Semar
merupakan tokoh penting dalam perwayangan Sunda maupun Jawa.Dalam beberapa
lakon atau peran,Semar diperlakukan dengan hormat,misalnya lakon Semar Mbangun Kahyangan, Lakon Semar Kuning,dan
lainnya.
B.Asal – Usul Tokoh
Semar Dalam Perwayangan
Dalam naskah SeratKanda dikisahkanpenguasa kahyangan bernama Sanghyang
Nurrasa memiliki dua orang
putra bernamaSanghyang Tunggal dan Sanghyang Wenang.
Karena Sanghyang Tunggal berwajah jelek, maka takhta kahyangan pun diwariskan
kepada Sanghyang Wenang. Dari Sanghyang Wenang kemudian diwariskan kepada
putranya yang bernama Batara Guru.
Sanghyang Tunggal kemudian menjadi pengasuh para kesatria keturunan Batara
Guru, dengan nama Semar.
Dalam cerita yang lain,Semar memiliki Asal – Usul yang
berbeda .Diceritakan Sang Hyang Wenang
memiliki putra yaitu Sang Hyang Tunggal yang memiliki istri Dewi Rekatawati.
Pada suatu hari Rekatawati melahirkan sebutir telur. Di hadapan Sang Hyang
Wenang telur tersebut menetas dengan sendirinya dan menjadi tiga makhluk.
Ketiga makhluk tersebut adalah Tejamantri yang muncul dari kulit telur,
kemudian Ismaya yang berasal dari putih telur, dan Manikmaya terjadi dari
kuning telur. Suatu ketika terjadi perdebatan antara Tejamantri, Ismaya, dan
Manikmaya, mereka berebut posisi yang kelak menggantikan ayahnya sebagai
penguasa. Manikmaya kemudian menantang perlombaan, yaitu menelan gunung dan
memuntahkannya kembali. Tejamantri sebagai yang tertua melakukannya dulu tetapi
gagal. Berikutnya Ismaya yang melakukannya dan berhasil menelannya tetapi tidak
dapat memuntahkannya sehingga perutnya menjadi besar. Peristiwa ini menimbulkan gara-gara sehingga Sang Hyang
Wenang datang. Pada akhirnya, Sang Hyang Wenang menetapkan bahwa pada waktunya
nanti Manikmaya akan menjadi raja paradewa, penguasa surga dan neraka, dan
menurunkan penduduk di bumi. Adapun Semar dan Tejamantri harus turun ke bumi
untuk memelihara keturunan Manikmaya. Keduanya hanya diperbolehkan mengahadap
Sang Hyang Wenang apabila Manikmaya bertindak tidak adil. Sejak itu Sang Hyang
Wenang mengganti nama mereka, Manikmaya menjadi Batara Guru, Tejamantri menjadi
Togog, dan Ismaya menjadi Semar
C.Silsilah Keluarga
Dalam cerita perwayangan dikisahkan,Batara Ismaya(Semar)
ketika masih di kayangan dinikahkan dengan sepupunya yang bernama Dewi
Senggani.dari pernikahan tersebut lahirlah 10 orang anak.
- Batara Kuwera
- Batara Wungkuham
- Batara Yamadipati
- Batara Candra
- Batara Tamburu
- Batara Siwah
- Batara Surya
- Batara Mahyanti
- Batara Kamajaya
- Batara Darmanastiti
D.Semar Dan Anak
–anaknya
1.Anak – anak Semar Dalam Perwayangan Jawa
Dalam pewayangan Jawa Tengah,
Semar selalu disertai oleh anak-anaknya, yaitu Gareng, Petruk, dan Bagong. Namun
sesungguhnya ketiganya bukan anak kandung Semar. Gareng adalah putra seorang
pendeta yang mengalami kutukan dan terbebas oleh Semar. Petruk adalah putra
seorang raja bangsa Gandharwa. Sementara Bagong tercipta dari bayangan Semar
berkat sabda sakti Resi Manumanasa.
2.Anak
– anak Semar Dalam Sejarah Islam
Pada
saat itu Sunan Kalijagamenyebarluaskan agama
Islam di masyarakat Jawa membuat beberapa maha karya di antaranya adalah syair.Selain syair Sunan Kalijaga juga menyebarkan Islam
melaui perwayangan.Untuk
menarik minat serta mewartakan tentang Islam, maka Ki Sunan Kalijaga memasukkan
konsep Punakawan di setiap pekeliran. Sejatinya, pekeliran itu adalah Hindu,
karena disitulah budaya, pekerti dan susila Hindu dihadirkan. Ki Sunan Kalijaga
melengkapkannya dengan akal, akhlak dan adab Islam melalui sosok Semar, Petruk,
Gareng dan Bagong.
- Semar dalam bahasa arab “ simar “, yang
berarti paku. Hal ini bertujuan bahwa Islam diharapkan mampu memaku tajam dan
kuat ditanah Nusantara ini. Tertanam kokoh di hati penganutnya. Tanpa ada
keraguan yang menggayuti.
- Petruk diambil dari kata “ fatruk “, atau
dijabarkan dalam kalimat “ fatruk kullu man siwallahi “. Artinya meninggalkan
segalanya kecuali Allah. Hanya Dia yang dituju dan diagungkan. Pemasrahan total
kepada Sang Illahi.
- Gareng, di bahasa Arabnya adalah “ qariin “
atau “ nala qariin “. Maknanya adalah mencari dan mendapatkan teman. Mungkin
istilah islaminya adalah “ hablum minnannas “. Hakekatnya semua pemeluk agama
islam adalah saudara seiman. Wajib dijaga tali silaturahmi antar sesama.
- Bagong, sebagai anggota terakhir punakawan,
berasal dari kata “ bagha “. Maknanya menolak, menyanggah atau melawan
kelaliman atau kedholiman yang dilakukan oleh manusia yang mengaku beradab,
berakhlak mulia tapi kenyataannya bertolak belakang dengan kenyataan.
E.Keistimewaan /
Anugrah Semar
- Keistimewaan
Semar
merupakan tokoh perwayangan dari pujangga lokal.Walaupun statusnya hanya
sebagai abdi atau hamba ,namun keluhuran dan budi pekertinya sejajar dengan
Prabu Kresna dalam kisah Mahabrata.
Merujuk
dalam kisah aslinya,kalau dalam perang Baratayuda,penasihat dari pihak Pandawa
hanyalah Kresna,maka dalam kisah perwayangan ,jumlah menjadi dua dan yang
satunya adalah Semar.
Dalam
sebuah karya sastra tokoh Semar hanya ditampilkan sebagai seorang pengasuh
keturunan dan Resi Manumanasa,terutama sebagai pengasuh para Pandawa yang dalam
kisah Mahabrata menjadi tokoh utama.
Selain
itu,jika dalam pementasan wayang yang mengisahkan tantang Ramayana,biasanya
para Dalang juga menampilkan Semar sebagai pengasuh keluarga Sri Rama atau Sugriwa.Sehingga
seolah – olah Semar selalu muncul dalam setiap acara perwayangan ,tidak peduli
dengan judul yang sedang diceritakan.
Dalam
kisah perwayangan,Semar berperan sebagai seorang pengasuh dari golongan
kesatria,sedangkan Togog berperan sebagai pengasuh para raksasa.Bisa
disimpulkan bahwa,anak asuh Semar selalu bias mengalahkan anak asuh Togog.
2 . Anugrah Semar
Di dalam cerita pewayangan, Semar adalah
putra Sang Hyang Wisesa, ia diberi anugerah mustika manik astagina, yang
mempunyai 8 daya, yaitu:
1.tidak pernah lapar
2.tidak pernah mengantuk
3.tidak pernah jatuh cinta
4.tidak pernah bersedih
5.tidak pernah merasa capek
6.tidak pernah menderita sakit
7.tidak pernah kepanasan
8.tidak pernah kedinginan
kedelapan daya tersebut diikat pada rambut yang ada di ubun-ubun atau kuncung
Semar.
F.Bentuk Fisik Dan
Ciri – ciri Semar
Semar memiliki bentuk
fisik yang sangat unik, seolah-olah ia merupakan simbol penggambaran jagad
raya. Tubuhnya yang bulat merupakan simbol dari bumi, tempat tinggal umat manusia dan makhluk
lainnya.
Semar selalu
tersenyum, tapi bermata sembab. Penggambaran ini sebagai simbol suka dan duka.
Wajahnya tua tapi potongan rambutnya bergaya kuncung seperti anak kecil,
sebagai simbol tua dan muda. Ia berkelamin laki-laki, tapi memiliki payudara
seperti perempuan, sebagai simbol pria dan wanita. Ia penjelmaan dewa tetapi
hidup sebagai rakyat jelata, sebagai simbol atasan dan bawahan.
·
Semar berkuncung seperti anak – anak,namun juga berwajah
tua,
·
Tertawanya Semar selalu diakhiri nada tangis,
·
Semar berwaja sedih (Menangis) namun mulutnya tertawa,
·
Bentuk tubuh semar berdiri sekaligus berjongkok,
·
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekuensi dalam nasehatnya.
F.Petuah / Nasehat
Semar
Dalam perannya di dunia perwayangan ,banyak petuah atau nasehata yang diberikan Semar kepada anak - anaknya atau rakyatnya,Berikut adalah beberapa petuah / nasehat semar
1. Urip iku Urup.
Hidup itu merupakan nyala
jiwa. Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagI
setiap orang disekitar kita.
2. Memayu hayuning bawana,
ambrasta dur hangkara.
Harus dan wajib hukumnya
mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan, serta memberantas
sifat angkara murka, serakah, dan tamak.
3. Sura dira jaya
jayaningrat, leburing dening pangastuti.
Segala sifat keras hati,
picik, dan angkara murka hanya bisa dikalahkan dengan sikap
bijak, lembut hati,
dan sabar.
4. Ngluruk tanpa bala,
menang tanpa ngasorake, sakti tanpa aji-aji, sugih tanpa bandha.
Berjuang tanpa perlu
membawa massa, menang tanpa merendahkan/mempermalukan. Berwibawa tanpa
mengandalkan kekuasaan/kekuatan/kekayaan/keturunan.
Kaya tanpa didasari hal-hal
yang bersifat materi.
5. Datan serik lamun
ketaman, datan susah lamun kelangan.
Jangan gampang sakit hati manakala
musibah/hasutan menimpa diri. Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu.
6. Aja gumunan, aja getunan,
aja kagetn, aja aleman.
Jangan mudah
terheran-heran, jangan mudah menyesal, jangan mudah terkejut pada sesuatu,
jangan kolokan atau manja.
7. Aja ketungkul marang
kalungguhan, kadonyan, lan kemareman.
Jangan terobsesi atau
terpesona dengan kedudukan, materi, dan kepuasan duniawi.
8. Aja kuminter mundak
keblinger, aja cidra mundak celaka.
Jangan merasa paling
pandai agar tidak salah arah, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
9. Aja milik barang kang
melok, aja mangro mundak kendho.
Jangan tergiur dengan
hal-hal yang tampak mewah, cantik, dan indah. Jangan berpikir gampang/plin-plan
agar tidak kendur niat dan semangat.
10. Aja adigang, adigung,
adiguna.
Jangan sok kuasa, sok
besar/kaya, sok sakti.